Rabu, 24 April 2013

INTERRELASI NILAI JAWA DAN ISLAM PADA ASPEK PENDIDIKAN DAN EKONOMI


I.     PENDAHULUAN          
Dalam konteks Indonesia, kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena dimiliki oleh kelompok etnik terbesar di Indonesia. Nilai-nilai islam mamiliki arti penting bagi kebudayaan Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam. Dengan demikian, hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena Islam dan kebudayaan Jawa yang cukup dominan pada bangsa Indonesia.
Sementara itu, usaha-usaha pendidikan agama di masyarakat yang dikenal dengan pendidikan non-formal ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna. Selain itu, persoalan ekonomi sebagai bagian dari bidang realitas kehidupan masyarakat Jawa, cukup menarik untuk diperbincangkan sehubungan dengan usaha sungguh-sungguh bangsa Indonesia untuk meningkatkan efisiensi nasional dalam rangka memperbaiki produk-produk Indonesia di pasar global yang semakin terliberalisasikan.
Oleh karena itu, kami akan sedikit membahas tentang sekolah agama Islam seperti pesantren dan apa prinsip ekonomi masyarakat Jawa serta bagaimana interrelasi masyarakat Jawa Islam dalam aspek pendidikan dan ekonomi.

II.  RUMUSAN MASALAH
A.  Apa Pengertian dan Bagaiman Pendidikan di Pesantren?
B.  Apa saja Karakteristik yang dimiliki Pesantren?
C.  Apakah Ekonomi itu?
D.  Bagaimana Tinjauan dan Prinsip Ekonomi Masyarakat Jawa?
E.   Bagaimana Interrelasi Nilai Islam dan Jawa dalam Aspek Ekonomi?


III.   PEMBAHASAN
A.  Pengertian dan Pendidikan di Pesantren
Pesantren menurut Prof. John berasal dari bahasa Tamil, Santri yang berarti guru mengaji. CC.Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari shastra yang berarti pula buku-buku suci, buku agama, atau buku tentang ilmu pengetahuan. Namun, secara konsep, pesantren dimaknai sebagai asrama dan tempat murid-murid mengaji, khususnya dengan tujuan meningkatkan kekuatan keagamaan.
Sebagai suatu lembaga pendidikan  jelas sekali bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang berada diluar sistem persekolahan. Pesantren tidak terikat dengan sistem kurikulum, perjenjangan, kelas-kelas, atau jadwal pembelajaran terencana secara ketat. Pesantren merupakan sistem pendidikan diluar sekolah yang berkembang di masyarakat. Oleh sebab itu, dalam banyak hal, lembaga penddikan ini bersifat merakyat.[1]
Dalam arti luas, tradisi pendidikan islam mucul seirama dengan proses islamisasi. Bahkan, pendidikan mempunyai peran penting dalam transmisi pengetahuan agama kepada masyarakat luas. Sebelum abad ke-20 Indonesia hanya mengenal satu jenis pendidikan yang disebut dengan ‘Lembaga Pengajaran Asli’ yaitu sekolah-sekolah agama Islam dengan berbagai bentuknya (seperti masjid, langgar, dan pesantren). Yang mana, sistem ini menitikberatkan pada pendidikan membaca al-Qur’an, pelaksanaan shalat, dan pelajaran tentang kewajiban-kewajiban pokok agama.
Di Jawa, secara tradisional sekolah-sekolah al-Qur’an tidak memiliki sebutan khusus. Oleh orang Jawa, tempat pendidikan al-Qur’an disebut Nggon Ngaji, yang berarti tempat murid belajar membaca al-Qur’an tahap permulaan. Sedangkan kegiatannya disebut dengan Ngaji Qur’an. Dengan demikian, masyarakat muslim di Indonesia secara tradisional pendidikan telah dijalankan pada dua jenjang, yaitu pengajian al-Qur’an sebagai pendidikan dasar dan pondok pesantren sebagai pendidikan lanjutan.[2]

B.  Karakteristik Pesantren
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang unik dan memiliki karakteristik yang membedakan dengan lembaga pendidikan lain. Seperti :
1.    Pondok
Pondok berasal dari kata Arab Funduq yang berarti hotel atau asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagi santri, pondok merupakan ciri khas dari pesantren yang membedakan dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di wilayah Islam negara lain.
2.    Masjid
Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab disitulah pada mulanya dilaksanakan proses belajar mengajar, komunikasi kyai dan santri. Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri.
3.    Santri
Santri adalah seseorang yang alim atau berilmu yang bisa dikatakan sebagai murid yang sedang menimba ilmu di suatu pesantren. Ada santri mukim dan juga santri kalong.
4.    Kiai
Kiai merupakan seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam kepada para santrinya.
5.    Metode Pengajaran Kitab-kitab
Pesantren juga memiliki ciri khas yang unik lainnya, yaitu metode pengajaran kitab dengan cara bandongan, sorogan dan hafalan.
6.    Keluarga
Secara normatif, keluarga terasuk dalam lembaga pendidikan luar sekolah. Islam memandang keluarga sebagai bentuk lembaga pendidikan karena didalam keluarga berlangsung pula proses kependidikan.
7.    Taman Pendidikan al-Qur’an
TPQ adalah lembaga pendidikan Islam tingkat dasar diluar sekolah. Pesertanya secara umum ditujukan kepada anak usia Taman Kanak-kanak.
8.    Majelis Ta’lim
Majelis Ta’lim adalah salah satu sarana pendidikan dalam Islam. Majelis Ta’lim lebih kita kenal dengan istilah pengajian-pengajian yang umumnya berisi ceramah atau khotbah keagamaan Islam.[3]

C.  Pengertian Ekonomi
Istilah kata Ekonomi berasal dari kata aikos dan nomos, yang artinya aikos : rumah tangga dan nomos : ilmu. Dari gabungan kata tersebut, terbentuklah pengertian ekonomi yang menunjukkan sebuah kondisi yang merujuk pada pengertian tentang aktivitas manusia, khususnya pada usaha untuk bisa mengolah sumber  daya yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai alat pemenuhan kebutuhan.
Dalam kamus ilmiah populer, Ekonomi diartikan segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mencapai kemakmuran hidupnya, pengaturan rmah tangga.[4] Kata ekonomi dapat pula diartikan sebagai kegiatan manusia atau masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi  dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Secara umum, dapat didefinisikan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Kerena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Ekonomi juga merupakan salah satu segi kebudayaan yang erat hubungannya dengan segi-segi lain dari kebudayaan. Seumpama kita membicarakan ekonomi suatu masyarakat, maka ada tiga masalah pokok yang pertama harus diketahui yakni : produksi, konsumsi, dan distribusi.[5]

D.  Tinjauan dan Prinsip Ekonomi Masyarakat Jawa
Secara sederhana, ekonomi diartikan sebagai kegiatan manusia atau masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur prodeksi dengan sebaik-baiknya, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Oleh karena itu, proses ekonomi meliputi proses produksi barang dan jasa, penukarannya dan pembagiannya antara golongan-golongan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekonomi secara normatif harus diberlakukan kapan saja dan dimanapun juga supaya semua karunia Tuhan dapat disyukuri dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
Prinsip ekonomi pada dasarnya adalah prinsip rasional yang diterapkan dalam aspek kehidupan ekonomi, dan terjelma dalam istilah efektif dan efisien. Efektif dalam arti, input atau potensi apa saja yang ada dan dimiliki hendaknya dipergunakan utnuk mencapai output berupa hasil, pendapatan, keuntungan, faedah dan sebagainya yang maksimal. Efisien berarti untuk mencapai output tersebut hendaknya digunakan faktor produksi, bahan, waktu, pengorbanan, atau input yang minimal. Dengan kata lain, efektif berarti maksimalisasi output, sedangkan efisien adalah minimalisasi input.
Dalam masyarakat Jawa, prinsip ekonomi dapat dijimpai istilah-istilah atau konsep-konsep seperti cucuk, pakoleh, ngirit, guthuk, lumayan, dan lain-lain. Sementara itu, istilah Jawa yang memiliki arti berlawanan dari istilah diatas antara lain boros, tanpa pethung, awur-awuran, ya ben, dipangan Bethara Kala, dan lain-lain. Disamping itu, dengan mendalami secara sungguh-sungguh kebudayaan Jawa telah tinggi sifat-sifat rasional atau prinsip ekonomi dapat ditemukan dalam kata kunci yang digunakam masyarakat Jawa. Diantaranya ora ilok, kuwalat, buak dasar, tuna sanak, ora lumrah, ora umum, lali jawane dan sebagainya.[6]
Ora ilok, istilah yang berarti bertentangan dengan prinsip rasional, akal sehat, tidak logis. Misalnya, meludahi sumur dan menduduki bantal, merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip rasional. Hal ini karena air sumur desediakan untuk minum orang banyak, sedangkan bantal adalah landasan kepala sewaktu tidur. Kuwalat, adalah kata kunci yang berarti bertentangan dengan moral atau nilai moral yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Tindakan berani terhadap orang tua, melangkahi atau melompati kuburan orang tua, dan tidak merawat benda budaya (seperti keris, wayang, dan sebagainya) akan dikatakan kuwalat oleh pendukung kebudayaan Jawa.
Masyarakat Jawa lebih suka memecahkan masalah kehidupannya dengan sikap mawas diri atau tepa selira agar dapat menghindari timbulnya konflik dengan orang lain. Dengan cara menggalih, terasakan bahwa masyarakat Jawa telah mempraktekkan prinsip ekonomi.[7]
Disamping itu, setelah Islam masuk di Jawa, para penduduk Jawa dikenalkan dengan sistem baru dalam bercocok tanam, seperti sistem musaqoh, muzaro’ah, dan mukhobaroh. Yang ketiganya membahas tentang hak dan kewajiban pemilik tanah maupun penggarap. Konsep ini belum pernah diajarkan pada orang Jawa sebelumnya.

E.  Interrelasi Niali Islam dan Jawa dalam Aspek Ekonomi
Dalam Islam, sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW. berakar dari prinsip-prinsip Qur’ani. Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam, telah menetapkan berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam aspek kehidupannya, termasuk bidang ekonomi. Prinsip Islam yang paling mendasar adalah kekuasaan tertinggi hanya kepada Allah SWT. Semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya dimuka bumi. Sebagai Khalifatullah fi al-ardh, manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik dari seluruh ciptaan lainnya, seperti matahari, bulan dan langit telah ditakdirkan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Hal ini merupakan suatu anugerah, rahmat, serta kasih sayang Allah SWT yang sangat besar terhadap umat manusia.[8]
Kenyataan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi tidak terlepas dari kepercayaan-kepercayaan mitologis, sehingga pemahaman hal-hal demikian tidak bisa terlepas atau dilepaskan dari kepercayaan keagamaan. Keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan nilai-nilai kepercayaan mitologis, dan bagaimana kepercayaan itu diwujudkan secara operasional kedalam kegiatan ekonomi yang dimaksud, dalam kehidupan santri antara lain adanya konsep tawasul kepada Syekh Abdul Qadir dan lewat konsep itu pula ritual-ritual khusus dilakukan seperti yang selama ini dikenal dengan Manaqiban.
Sedangkan dikalangan masyarakat Jawa dapat dikategorikan kedalam tiga sub-kategori, yaitu :
1.    Mengikuti pola yang dilakukan kaum santri yaitu dengan melakukan ritual Manaqiban.
2.    Melakukan ritual khas Jawa dengan cara melakukan ritual Rasulan.
3.    Menggabungkan keduanya, yaitu selain melakukan Manaqiban, Rasulan, juga secara khusus mengadakan ritual khusus di makam atau petilasan danyang desa kepada leluhurnya.[9]
Dalam masyarakat Jawa terdapat beberapa tradisi untuk mencapai kebutuhan yang mungkin tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Salah satu contoh yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mencapai kebutuhannya adalah dengan melakukan kegiatan yang sering disebut pasugihan. Tetapi kegiatan ini tidak mutlak dilakukan oleh semua masyarakat Jawa.
Biasanya tempat-tempat yang sering digunakan untuk mencari pasugihan yaitu tempat yang dikeramatkan dan dianggap bermanfaat untuk mencari ketenangan dalam rangka untuk mencapai inspirasi, intuisi, dan aspirasi untuk memulai suatu pekerjaan. Tempat-tempat yang dimaksud seperti Gunung Srandil di kabupaten Cilacap., Gunung Kemukus di Sragen, Gunung Kawi di Malang, Gunung atau makam sewu, Parang Tritis di Bantul, dan sebagainya.[10]
Sebenarnya pasugihan dilarang didalam agama Islam karena hal ini sama saja dengan menyekutukan Allah SWT, karena dalam pasugihan seseorang akan mendapat harta tanpa bekerja keras sebagai mana mestinya. Didalam agama Islam juga mengajarkan beberapa doa-doa atau amalan-amalan yang bisa digunakan untuk memperlancar rizki, misalnya berdoa dengan wasilah, melakukan sholat Dhuha, tahajud dan lain-lain. Dengan hal ini diharapkan umat manusia tidak terjerumus dalam lembah kesesatan.
Selain pasugihan, masyarakat Jawa juga melakukan tradisi lain seperti selametan. Selametan merupakan suatu upacara yang biasanya diadakan dirumah suatu keluarga dan dihadiri oleh anggota keluarga, tetangga dekat, kenalan-kenalan yang tinggal tidak jauh dan termasuk juga orang-orang yang mempunyai hubungan dagang.[11]
Nilai-nilai Islam dan Jawa kiranya bertemu dalam media selametan yang memuat nilai-nilai tertentu. Kenyataan bahwa upacara selametan telah disentuh dengan ajaran Islam, seperti masuknya unsur dzikir, penentuan waktu dan maksud penyelenggaraan yang dikaitkan dengan hari-hari besar Islam. Dalam hal ini mengakibatkan efek selametan terkadang mampu menimbulkan getaran emosi keagamaan. Oleh karena itu, simbol-simbol yang termuat dalam selametan mengandung prinsip ekonomi dan nilai-nilai Islam pun terakomodasi didalamnya.

IV.    KESIMPULAN
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang berada diluar sistem persekolahan. Tidak  terikat dengan kurikulum, perjenjangan, kelas-kelas atau jadwal pembelajaran. Sebelum abad ke-20 Indonesia hanya mengenal satu jenis pendidikan yaitu Lembaga Pengajaran Asli. Yaitu sekolah agama Islam dengan berbagai bentuknya seperti masjid, langgar dan pesantren. Adapun karakteristik pesantren adalah: pondok, masjid, santri, kyai, metode pengajaran kitab, dan sebagainya.
Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumberdaya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Ekonomi juga merupakan salah satu segi kebudayaan yang erat hubungannya dengan segi-segi lain dari kebudayaan. Seumpama kita membicarakan ekonomi suatu masyarakat, maka terdapat tiga masalah yang harus diketahui yakni : produksi, konsumsi, dan distribusi.
Dalam masyarakat Jawa, prinsip ekonomi dapat dijumpai istilah-istilah atau konsep-konsep seperti cucuk, pakoleh, ngirit, dan lain-lain. Sementara itu, istilah Jawa yang memiliki arti berlawanan dari istilah diatas antara lain boros, tanpa pethung, awur-awuran, dan lain-lain. Disamping itu, dengan mendalami secara sungguh-sungguh kebudayaan Jawa telah tinggi sifat-sifat rasional atau prinsip ekonomi dapat ditemukan dalam kata kunci yang digunakam masyarakat Jawa. Diantaranya ora ilok, kuwalat, buak dasar, tuna sanak, ora lumrah, ora umum, lali jawane dan sebagainya.
Dalam aspek ekonomim interrelasi nilai Islam dan Jawa dapat dilihat dari tradisi seperti pesugihan dan selametan. Pesugihan merupakan kegiatan untuk mencapai kebutuhan yang biasanya dilakukan ditempat yang dikeramatkan dengan tujuan untuk mencari ketenangan agar mendapat inspirasi. Sedangkan selametan merupakan upacara yang telah disentuih dengan ajaran Islam, seperti masuknya unsur dzikir, penentuan waktu dan maksud penyelenggaraan yang dikaitkan dengan hari besar Islam yang terkadang mampu menimbulkan getaran emosi keagamaan.

V.       PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan sebagai acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga dapat menambah ilmu bagi kita semua.










DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nur, Islam Nusantara, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2007
Jamil, Abdul, dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2000
Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo  Persada, 2004
Mahjunir, Pokok-pokok Antropologi dan Kebudayaan, Jakarta : Bhratara, 1967
Mudjahirin Thohir, Orang Islam Jawa Pesisiran, Semarang : Fasindo Press, 2006
Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Belajar,  2005
Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Karya Utama, 2002


[1] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Belajar,  2005,  hlm. 155-156.
[2] Nur Huda, Islam Nusantara, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2007,  hlm. 369
[3] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogykarta : Pustaka Belajar,  2005,  hlm. 157-161.
[4] Sutan Rajasa,  Kamus Ilmiah Populer,  Surabaya: Karya Utama, 2002,  hlm. 135.
[5] Mahjunir, Pokok-pokok Antropologi dan Kebudayaan,  Jakarta : Bhratara. 1967,  hlm. 103.
[6] Abdul Jamil, dkk,  Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2000, hlm. 251.
[7] Abdul Jamil, dkk,  Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : GAMA MEDIA, 2000,  hlm. 254.
[8] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 29-30.
[9] Mudjahirin Thohir, Orang Islam Jawa Pesisiran, Semarang: Fasindo Press, 2006, hlm. 249.
[10] Abdul Jamil, dkk,  Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : GAMA MEDIA, 2000,  hlm. 256.
[11] Abdul Jamil, dkk,  Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : GAMA MEDIA, 2000,  hlm. 260.

1 komentar:

  1. Playtech casinos: get up to 500 free spins now! - JTM Hub
    Playtech casinos – get up to 500 free spins now! 사천 출장샵 · 군산 출장마사지 NetEnt 김제 출장샵 casino – claim up to 500 free 정읍 출장마사지 spins · Bet365 casino – claim 공주 출장마사지 up to 500 free spins! · NetEnt casino – claim up to 500 free

    BalasHapus